Skip to main content

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 16



Pagi yang cerah. Aku sedang siap-siap untuk pergi ke kampus. Aku sudah mengenakan pakaian yang sangat rapi dan tertutup seperti biasanya jika ingin keluar rumah. Baju kemeja kota-kotak dan celana levis hitam. Tidak terlalu ketat sih sebenarnya, tapi kalau mama lihat aku berpakaian begini pasti dia marah. Padahal masih nutup aurat gini, walaupun agak nunjukin lekuk tubuh sih. Mama dari dulu emang gak pernah bolehin aku pakai celana jeans atau levis. Aku bandel memakainya waktu aku udah tinggal sendirian, hihi.

Baru saja aku akan keluar rumah, tiba-tiba ada tamu datang. Rupanya tamu itu adalah kurir pengantar paket. Dan itu adalah abang-abang yang biasanya datang! Duh, aku baru ingat kalau hari ini kiriman paketku datang. Tapi kok tumben sih pagi-pagi dah datang!? Sayang banget abang kurir itu datangnya sewaktu aku lagi berpakaian lengkap begini. Karena jika tidak aku mungkin akan dengan senang hati tampil telanjang bulat di hadadapannya lagi. Terakhir kali dia melihat aku bugil ketika aku dengan Eko waktu itu.



Ku lihat raut wajah abang itu, sepertinya dia juga kecewa karena tidak bisa melihat aku telanjang seperti sebelumnya, haha.

“Maaf yah mas... Dira gak bisa telanjang di depan abang sekarang... soalnya Dira mau pergi kuliah... ” ucap aku to the point. Sudah sama-sama tahu, jadi aku pikir gak perlu malu-malu lagi.

“Eh, i-iya mbak... gak apa kok”

“Lain kali ya... Dira bakal telanjang lagi kok di depan mas... Dira janji” ujarku memberi janji sambil senyum-senyum. Si abang kurir sepertinya senang banget aku senyumin, apalagi dijanjikan boleh melihat aku telanjang lagi. Mupeng pasti ^o^

“Hehe, janji ya mbak? Gak bohong kan?” tanya si kurir sumringah.

“Iyaah... Dira janji... Kalau suatu saat mas ke sini lagi Dira masih pakai pakaian, mas boleh deh telanjangi Dira,” aku ketagihan menggodanya. Si kurir itupun tampaknya makin gemas padaku. Bahaya ah kalau digodain terus, haha. Tapi dia pasti tidak menyangka ada gadis kuliahan cantik, elegan, berjilbab, dan anak orang kaya seperti aku mau berjanji seperti itu padanya. Pasti itu janji termanis yang pernah didapat oleh si abang kurir sepanjang hidupnya.

“Hehehe, ya deh mbak...”

“Ya udah mas... mana paketnya? Dira buru-buru mau ke kampus nih...”

“Iya mbak Dira cantik, ini...” Si kurirpun menyerahkan paket. Langsung kubuka di tempat. Isinya lingerie hitam tipis transparan yang amat seksi, trus dikasih bonus borgol mainan dan topeng bulu. Huhu, kok bisa ya aku beli pakaian beginian!? Entah kapan aku punya kesempatan memakainya. Aku main beli aja waktu itu, soalnya imut sih.... hihi ^o^

“Mas.... Udah pergi sanaaa! Dira mau ke kampus” Uhhh... Malu banget ketahuan beli beginian!! >,<


Credit to : bramloser

Comments

Popular posts from this blog

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 17

Senin pagi yang cerah. Aku berjalan santai menyusuri jalanan komplek perumahanku. Aku baru saja membeli lontong di depan komplek untuk serapan. Karena tempatnya yang tidak begitu jauh, jadi ku putuskan untuk jalan kaki saja. Pagi-pagi begini suasana sekitar komplek perumahanku memang cukup ramai. Baik oleh pejalan kaki sepertiku maupun kendaraan yang berlalu lalang. Soalnya memang jam berangkat kerja dan berangkat sekolah sih. Aku sendiri free hari ini, gak ada jadwal kuliah. Aku hanya memakai baju tidur piyama dan celana panjang warna pink saat ini. Untuk jilbabnya aku memakai jilbab sorong yang simpel warna item. Ya iya, ngapain juga pakai baju bagus-bagus amat untuk beli lontong. Pakai baju tidur gini aja udah banyak mas-mas dan bapak-bapak melirik aku >,<

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 12

Nana : Gue jawab, "Ogaahh! Lo playboy!" Ochi : Wkwkwkwkwk, Gagal gombal! Ai : Seruuu! Trus Mama kamu gimana? Nana : Ha ha ha... Mama ketawa aja. Nana : Udah ya ceritanya! Pegel ni ngetiknya... he he Ai : Yaah... trus endingnya gimana tuh sarapannya? Nana : Oya, he he, habis sarapan aku ijin Mama ajak kak David ke kamarku. Nana : Mama cuma bilang, "Dasar... Udah sana!" Hi hi... Nana : Trus kita ML lagi deh di kamarku sampe siang. Nana : Nah pas ML paginya itu tuh baru bisa berkali-kali… Eh, kalo ga salah 3 kali.

Dira (Inilah Yang Aku Mau) Part 15

Sret! Tiba-tiba Ochi menarik selimut dan meringkuk di dalamnya. Sebagian tubuhku jadi tersingkap. “Kyaa… Ochi, bagi-bagi dong selimutnya… Berdua!” Protesku. Dia hanya tertawa. “Dingiiin… Kamu kan udah biasa bugil…” Ledeknya. “Udah biasa bugil tapi tetep selimutan kali…” Aku merangsek ke sampingnya supaya tubuhku bisa tertutup selimut semua. Kami tertawa geli.

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 18 "TAMAT"

Aku terbangun saat hari sudah siang. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Ternyata tadi aku ketiduran di ruang tamu. Ketiduran dengan masih telanjang bulat dan wajah penuh sperma, dan sekarang wajahku jadi lengket-lengket karena noda sperma yang mengering. Gak enak banget rasanya. Akupun memutuskan untuk mandi. Ahhh... sungguh gila apa yang barusan terjadi. Yang pertama dengan si kurir, lalu dengan bocah-bocah mesum itu. Aku bersyukur tidak sampai disetubuhi tadi. Meskipun aku udah horni dan penasaran pengen disetubuhi, tapi aku kan tidak ingin juga dengan sembarang orang.

Badan Enak Mahasiswi Part 7 : Susu Rasa Firda

Firda, mahasiswi senior mentor Nabila sekaligus penasihatnya di BEM. Karena kesibukannya itu, skripsi Firda menjadi terbengkalai. Padahal ia sudah tinggal satu semester lagi untuk lulus dari Pelita Nusantara. “Kamu ini kapan lulus nak ?” begitulah kalimat ibunya setiap menelpon Firda. Hal itu secara tidak langsung membuat dirinya bingung dan kemungkinan akan vakum atau bahkan melepas Nabila di BEM demi skripsinya. Suatu sore, ia baru saja dimarahi dosen pembimbingnya karena dianggap tidak serius dalam mengerjakan kuliah. “Tugas mahasiswa itu salah satunya adalah penelitian. Seharusnya mahasiswa tingkat akhir seperti kamu paham dengan hal itu. Gimana progress skripsi kamu ?!” Mr. Hans, dosen pembimbing Firda mulai berceramah. “I.. ini pak. Saya belum sempat menyelesaikan bab 3 saya karena sibuk di kegiatan luar.” ujar Firda terbata-bata. “Sibuk ? Memangnya adik-adik kamu itu tidak becus mengurus BEM sampai kamu juga yang harus ikutan ?” sindir Mr. Hans. “Maaf pak. Saya i...