Skip to main content

Badan Enak Mahasiswi Part 12 : Krisis Internal dan Rencana Upacara Perpisahan

Sejak kejadian malam itu, tidak ada perubahan pada diri Dea. Ia tetap menjalankan aktivitas normal seperti biasa. Ia ditemani Sofi dan Ratu masih terus memerangi kegiatan Black Dimension di kampus. Yang berbeda adalah setiap ia selesai mengusir para anggota BD yang melakukan kegiatan ilegal, Dea harus mengoral penis mereka sampai puas. Ia terpaksa melakukan itu karena vagina Dea ditanam alat pelacak yang akan bereaksi jika Dea melanggar.

Sementara itu, Firda sudah selesai menjalankan sidang dan dinyatakan lulus. Setelah sidang, Firda diantar oleh Mr. Hans ke sebuah hotel untuk “merayakan” kelulusan Firda. “Hmm… aku malu pak.” ujar Firda sambil berdiri depan cermin. Firda hanya mengenakan jilbab dan stocking merah tanpa bra dan celana dalam. “Kamu udah cantik kok. Selamat ya.” Hans memeluk Firda dari belakang. “Mmmhh… sabar dongghh…” Firda kemudian membalik badan lalu mencium Hans dengan ganas. Hans kemudian melepas ciumannya lalu menggendong Firda. Firda kemudian direbahkan di ranjang hotel lalu Hans membuka semua pakaian nya. “Pakk… beri aku hadiah terenak…” Firda melebarkan kedua kakinya sambil mengorek vaginanya yang sudah becek. Hans langsung menidih Firda dan menyetubuhinya semalaman.


Nasib Cindy sudah mulai berubah. Ia semakin terkenal dan membuat channel yeotob sendiri dengan subscriber berlimpah. Selain itu, ia juga memiliki jutaan followers dan mengendorse banyak produk termasuk diam-diam menjadi model alat bantu seks seperti dildo, vibrator atau pil perangsang. “Mbak ayo lebih bergairah lagi ekspresinya.” ujar sang fotografer. Cindy memasang pose mengangkang sambil meremas payudaranya. Tak lupa eskpresi terangsang seperti di komik hentai pun ia kuasai. “Bagus mbak. Satu… dua… *ckrek* yak oke sesi selesai.” Cindy kemudian bangkit dan menghampiri sang fotografer. Ia meremas selangkangan nya hingga fotografer itu meringis kesakitan. “Lama banget sih. Ga bisa lama dong nanti.” ujar Cindy. “Iya.. iya yaudah yuk pergi.” ujar fotografer itu. Cindy kemudian langsung memeluknya dari belakang. “Gausah. Disini aja mas… Cindy udah pengen banget nih…” mereka berdua kemudian berpelukan dan pergi ke sebuah kamar pas untuk quickie. Setengah jam kemudian, Cindy keluar sambil mengemut sperma di jari-jarinya. Vagina Cindy juga mengeluarkan tetesan sperma yang jatuh ke lantai studio. “Mas besok dipel lantainya jangan lupa.” ujarnya manja sambil ke kamar mandi.

Nadya yang selalu terlihat ceria kini menjadi agak pendiam. Setiap berkumpul, ia hanya ikut sebentar lalu pulang. Nabila mengira adiknya sedang fokus belajar sehingga ia tidak mencurigainya. Di sisi lain, BD menyiapkan rencana untuk melakukan serangan final yaitu penaklukan Nabila sang ketua BEM Pelita Nusantara.

Di markas BD, Raharjo dan kawan-kawan briefing untuk eksekusi akhir. “Untuk rencana akhir, gue udah ada konsep menarik.” ujar Raharjo. “Konsep kayak gimana tuh bang ?” balas Riky antusias karena ia yang memiliki dendam paling besar pada Nabila. “Intinya untuk serangan final, kita akan menyiksa si lonte itu perlahan-lahan. Ga pakai obat lagi. Kita rusak fisik dan mentalnya hingga ia menyesal sudah menantang kita semua.” ujar Raharjo. “Siap bang. Gue bakal perawanin semua lobangnya trus bikin dia tergila-gila sama kontol.” ujar Riky bersemangat. Setelah berjam-jam melaksanakan rapat dengan serius, para anggota BD membubarkan diri sambil menyanyikan mars mereka.


Di Sekretariat BEM


Nabila sedang sibuk dengan laptopnya, ia sedang menyiapkan LPJ menjelang akhir kepengurusan. Selain Nabila, ada Dea yang sedang membersihkan ruangan sekre untuk persiapan rapat. “Ini anak-anak kok ditungguin belum datang ?” keluh Nabila. “Yaa Cindy udah mulai sibuk sama kegiatan lain. Apalagi kak Firda juga sibuk ngurus wisuda. Si Nadya kemana ?” tanya Dea. “Dia nyusul. Lagi belajar buat persiapan uas sama klub perpus itu.” ujar Nabila. Setelah satu jam menunggu, Cindy dan Nadya hadir bersama Sofi dan Ratu. “Maaf Nab telat. Padahal aku udah berangkat cepet. Tapi maaf lagi aku kayaknya ga bisa lama-lama juga.” ujar Cindy. “Yaudah kita mulai rapatnya ya.” Nabila menghela nafas lalu meminta progress divisi masing-masing.

“Ini kenapa banyak laporan ada acara seni illegal di kampus ? Kemarin aku sama Dea baru saja bubarin lomba joget di dekat aula serbaguna. Ini tanggung jawab kamu kan ? Kemana aja akhir-akhir ini ? Aku juga jarang dapet laporan divisi kamu.” ujar Nabila kepada Cindy. Cindy hanya diam sambil mengetik hp. “Cin, tolong perhatikan kalo orang ngomong. Aku tau kamu sibuk, tapi hargai dulu diskusi ini sebentar aja.” ujar Dea. “Kenapa sih ? Aku dengerin kok. Ini banyak email sama chat yang wajib aku balas.” ujar Cindy. “Cin, fokus sini dulu ga lama kok abis kamu jelasin laporan divisi bisa ijin duluan.” ujar Nabila. Cindy semakin bete lalu ia mengambil tas nya dan meninggalkan sekre begitu saja.

“Cindy, tunggu ! Sofi, Ratu. Tolong catat hasil diskusi kita ya, aku mau nyusul Cindy.” Dea beranjak lalu menyusul Cindy. “Yaudah, kalo kayak gini terus LPJ ini aku aja yang bikin sendiri ! Suka-suka kalian deh mau apa sekarang !” Nabila menutup laptopnya sambil teriak menahan tangis. Ia sudah tidak bisa mengendalikan emosinya karena teman-teman seperjuangannya di srikandi tidak menunjukkan semangat seperti sebelumnya. Sofi dan Ratu diam sambil menunduk. “Kak… tenang kak.” Nadya berusaha menghibur kakaknya. Dea mengikuti Cindy kemudian terhenti saat ia duduk di bangku taman kampus sambil menangis. Dea menghampiri Cindy lalu memeluknya diiringi tangis sesegukan Cindy. “Udah Cin… udah…” hibur Dea. Setelah merasa reda, Cindy melihat sekeliling lalu menggandeng tangan Dea. “Bawa motor kan ? Tolong anter ke kosan aku sekarang.” ujarnya. Dea menuruti Cindy mengantar ke kosan. Selama perjalanan, Cindy menyandarkan kepalanya yang tertutup helm di punggung Dea sambil memeluknya dari belakang.

Sesampainya di kosan Cindy, mereka berdua masuk ke kamar Cindy yang berantakan dan banyak barang endorse bertebaran. “Tolong bantuin aku dong bersihin kamar.” pinta Cindy. “Random banget kamu Cin. Tadi pas rapat ngambek sekarang minta aku anter buat bantuin ini ?” ujar Dea. Mereka berdua kemudian tertawa lepas. “Duh tau gini aku bawa tas.” Keluh Dea. “Udah, titipin ke Sofia tau Ratu aja.” ujar Cindy sambil mengganti pakaiannya dengan piyama tipis yang membuat pakaian dalamnya sedikit tembus pandang. Dea memandang kagum tubuh Cindy yang terlihat dibalik piyama itu karena selama di kampus ia selalu mengenakan pakaian serba tertutup. “Woy, bengong aja. Ayo mulai.” tepukan Cindy mengagetkan lamunan Dea lalu mereka mulai membereskan kamar kosan Cindy.

Sambil membereskan kamar, Cindy curhat pada Dea bahwa ia malas disuruh-suruh terus oleh Nabila. Ditambah lagi laporan divisinya sering diminta revisi. “Heran aku sama dia. Padahal di cek lagi ga ada kesalahan masih aja disuruh benerin.” ujar Cindy sewot. “Yah namanya juga Nabila. Dia emang perfeksionis jadi semua harus bener-bener rapi.” Ujar Dea sambil membersihkan debu lemari. “Tapi aku gamau kayak gitu. Aku gasuka sama orang yang kaku siapapun mau cowok atau cewek.” ujar Cindy. “Iya aku ngerti kok. Yaudah kamu ngegas sih. Dia kemarin juga nangis gara-gara itu.” ujar Dea. “Yaudah lah..” Cindy memasukkan bungkusan sampah ke kantong kresek lalu dikumpul ke pojok meja.

Setelah beres-beres kamar, mereka berdua tiduran di lantai dengan tubuh penuh keringat karena kosan Cindy tidak ada AC. “Hah… capek juga ya. Kamu laper ga ? Pesen online aja. Lagi pengen ayam geprek nih pasti enak...” ujar Cindy. “Yaudah pesen. Aku juga mau yang pedes.” ujar Dea. Cindy kemudian bangkit lalu melepas piyama nya sehingga hanya mengenakan jilbab, bh dan celana dalam warna merah. “Cin ! ga salah itu,” ujar Dea terkejut. “Udah, biasa aja kali. Gerah soalnya, toh kita sama-sama cewek kan.” ujar Cindy. Diam-diam, Dea menelan ludah melihat bentuk tubuh Cindy.

Pantat Cindy bergerak naik turun saat ia ingin mengambil minum di cooler box kecil sisa bazaar. “Kalo mau minum ambil disitu. Masih banyak.” ujar Cindy. Dea kemudian bangkit namun bukan mengambil minum tetapi ia juga membuka baju panjang dan rok nya. Dea hanya mengenakan jilbab panjang dan legging hitam. “Tuh enak kan nggak gerah.” ujar Cindy. Beberapa saat kemudian pesanan mereka datang. Kamar Cindy ada di paling depan pintu nya sehingga ia bisa langsung ambil pesanan. “Makasih bang. Udah pake go-cash ya.” ujar Cindy yang hanya mengenakan pakaian dalam mengambil pesanan. “Eh… i.. iya neng…” ujar driver. “Kenapa bang liat-liat ? Pengen ? Mimpi aja sana ada cowokku nih didalam lagi enak.” ledek Cindy kemudian mengunci kamar kosannya. Driver itu terkejut oleh kalimat Cindy lalu buru-buru kabur dari kosan itu.

“Gila kamu Cin pakai kayak gitu keluar kamar. Diliat orang malu tau.” ujar Dea. Cindy hanya tersenyum lalu ia membuka bungkusan makan malam dan memberi satu bungkus ke Dea. “Ga ada siapa-siapa di kosan, lagi pada pulkam. Bibi juga rumahnya jauh jadi disini ga ada siapa-siapa.” balas Cindy sambil makan. Di tengah makan-makan, Cindy tiba-tiba membuka BH nya sehingga payudara yang masi kencang walau sudah puluhan kali diremas lelaki menggantung keluar. Tubuhnya berkeringat karena pedas membuat Dea terheran dan berusaha fokus untuk makan. “Gerah De. Sshh kamu ga kegerahan apa ?” ujar Cindy kepedasan. “Pedes banget ini, ampe aku keringetan banget.” ujar Dea. “Mau yang lebih pedes ga De ?” ujar Cindy menggoda. “Eh, maksudnya ?” balas Dea. Cindy bangkit lalu langsung mencium Dea yang masih mengunyah makanan. “mmhh… mm” Cindy menjilati mulut Dea yang masih belum sempat menelan makanan. Dea meladeni ciuman Cindy sambil membagi sisa makanan di mulutnya. Cindy melepas ciuman lalu ia telan makanan dari mulut Dea.

Dea kemudian bangun lalu melepas BH dan celana dalamnya. Ia menghampiri Cindy lalu membopong tubuhnya dan dilempar ke kasur. “Aduh Dea… jangan banting sembarangan dong.” ujar Cindy. Dea langsung menidih Cindy lalu menciumi tiap bagian wajah Cindy sambil memeloroti celana dalamnya. “Cindy… mmmhh…” ujar Dea manja. Kedua wanita itu saling bertindih sambil berciuman.

Di tempat lain, Nabila sedang berjalan pulang ke kosan nya. Biasanya, ia diantar Ratu atau Sofi namun kali ini mereka berdua tidak bisa mengantar Nabila pulang karena ada urusan. Saat memasuki gang dekat kosan, ia melihat sejumlah preman sedang nongkrong. “Eh mbak, malem-malem sendirian aja ? abis pulang kuliah ya ?” sapa salah satu preman. Nabila hanya menunduk sambil berjalan melewati tongkrongan tersebut. “Sombong banget mbak. Abis putus ya ?” balas temannya. “Abis ngentot kali dia makanya mau pulang mandi wajib.” celetuk temannya yang lain sambil tertawa. “Kalian jangan kurang ajar !” Nabila yang dikenal cukup tegas jika ada perlakuan kurang ajar teriak ke arah mereka. “Tuh kan bang, kalo ngomongin ngentot langsung nyambung dia.” ledek preman ketiga.

Mereka bertiga kemudian mencegat dan berdiri mengelilingi Nabila. “Mau apa kalian ! Kalau macam-macam saya akan teriak !” ujar Nabila tegas. Kedua preman di belakang Nabila langsung merebut tas Nabila lalu memegang kedua tangannya. “Lepasin ! Tolong… aakhhh..” teriakan Nabila tertahan oleh tinjuan preman di depannya. “Ayo teriak lagi. makin kenceng teriakan lo, bakal balik keluar semua makan malem lo !” ancamnya. Nabila kemudian menunduk sambil berharap ada pertolongan. Tiba-tiba, pegangan tangan preman di belakang Nabila melemah dan kedua preman itu terkapar. Lalu preman yang memukul perutnya langsung melarikan diri.

Nabila terduduk lemas sambil mengucap syukur. Namun saat ia menoleh kebelakang, ternyata Riky yang sedang berdiri sambil memegang tas Nabila yang terjatuh. Nabila kemudian berdiri lalu menghampiri Riky sambil menunduk.“Makasih.” Nabila langsung mengambil tasnya lalu berjalan cepat meninggalkan Riky yang masih berdiri sambil melihat Nabila jalan hingga menghilang di ujung gang. “Yah udah pergi.” Riky kemudian berjalan kearah sebaliknya sambil memegang kotak kecil.

credit to : marcioz

Comments

Popular posts from this blog

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 17

Senin pagi yang cerah. Aku berjalan santai menyusuri jalanan komplek perumahanku. Aku baru saja membeli lontong di depan komplek untuk serapan. Karena tempatnya yang tidak begitu jauh, jadi ku putuskan untuk jalan kaki saja. Pagi-pagi begini suasana sekitar komplek perumahanku memang cukup ramai. Baik oleh pejalan kaki sepertiku maupun kendaraan yang berlalu lalang. Soalnya memang jam berangkat kerja dan berangkat sekolah sih. Aku sendiri free hari ini, gak ada jadwal kuliah. Aku hanya memakai baju tidur piyama dan celana panjang warna pink saat ini. Untuk jilbabnya aku memakai jilbab sorong yang simpel warna item. Ya iya, ngapain juga pakai baju bagus-bagus amat untuk beli lontong. Pakai baju tidur gini aja udah banyak mas-mas dan bapak-bapak melirik aku >,<

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 12

Nana : Gue jawab, "Ogaahh! Lo playboy!" Ochi : Wkwkwkwkwk, Gagal gombal! Ai : Seruuu! Trus Mama kamu gimana? Nana : Ha ha ha... Mama ketawa aja. Nana : Udah ya ceritanya! Pegel ni ngetiknya... he he Ai : Yaah... trus endingnya gimana tuh sarapannya? Nana : Oya, he he, habis sarapan aku ijin Mama ajak kak David ke kamarku. Nana : Mama cuma bilang, "Dasar... Udah sana!" Hi hi... Nana : Trus kita ML lagi deh di kamarku sampe siang. Nana : Nah pas ML paginya itu tuh baru bisa berkali-kali… Eh, kalo ga salah 3 kali.

Dira (Inilah Yang Aku Mau) Part 15

Sret! Tiba-tiba Ochi menarik selimut dan meringkuk di dalamnya. Sebagian tubuhku jadi tersingkap. “Kyaa… Ochi, bagi-bagi dong selimutnya… Berdua!” Protesku. Dia hanya tertawa. “Dingiiin… Kamu kan udah biasa bugil…” Ledeknya. “Udah biasa bugil tapi tetep selimutan kali…” Aku merangsek ke sampingnya supaya tubuhku bisa tertutup selimut semua. Kami tertawa geli.

Dira (Inilah Yang Kumau) Part 18 "TAMAT"

Aku terbangun saat hari sudah siang. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Ternyata tadi aku ketiduran di ruang tamu. Ketiduran dengan masih telanjang bulat dan wajah penuh sperma, dan sekarang wajahku jadi lengket-lengket karena noda sperma yang mengering. Gak enak banget rasanya. Akupun memutuskan untuk mandi. Ahhh... sungguh gila apa yang barusan terjadi. Yang pertama dengan si kurir, lalu dengan bocah-bocah mesum itu. Aku bersyukur tidak sampai disetubuhi tadi. Meskipun aku udah horni dan penasaran pengen disetubuhi, tapi aku kan tidak ingin juga dengan sembarang orang.

Badan Enak Mahasiswi Part 7 : Susu Rasa Firda

Firda, mahasiswi senior mentor Nabila sekaligus penasihatnya di BEM. Karena kesibukannya itu, skripsi Firda menjadi terbengkalai. Padahal ia sudah tinggal satu semester lagi untuk lulus dari Pelita Nusantara. “Kamu ini kapan lulus nak ?” begitulah kalimat ibunya setiap menelpon Firda. Hal itu secara tidak langsung membuat dirinya bingung dan kemungkinan akan vakum atau bahkan melepas Nabila di BEM demi skripsinya. Suatu sore, ia baru saja dimarahi dosen pembimbingnya karena dianggap tidak serius dalam mengerjakan kuliah. “Tugas mahasiswa itu salah satunya adalah penelitian. Seharusnya mahasiswa tingkat akhir seperti kamu paham dengan hal itu. Gimana progress skripsi kamu ?!” Mr. Hans, dosen pembimbing Firda mulai berceramah. “I.. ini pak. Saya belum sempat menyelesaikan bab 3 saya karena sibuk di kegiatan luar.” ujar Firda terbata-bata. “Sibuk ? Memangnya adik-adik kamu itu tidak becus mengurus BEM sampai kamu juga yang harus ikutan ?” sindir Mr. Hans. “Maaf pak. Saya i...